BRIGHTLIVE: URGENSI LITERASI DI MASA KINI

BRIGHTLIVE: URGENSI LITERASI DI MASA KINI

Jakarta, Iprahumas - Ikatan Pranata Humas Indonesia (Iprahumas) bersama Bright Up Indonesia melakukan LIVE Instagram pada Minggu (10/10) menghadirkan Pranata Humas Badan Riset dan Inovasi Nasional Dyah Rachmawati Sugianto dan Ketua Bidang Diseminasi Iprahumas Indonesia Cely Julianti, yang dipandu oleh Ari Kurnia Rakhman selaku Task Force Bright Up Indonesia.

Membuka sesi BRIGHTLIVE, Dyah menjelaskan bahwa secara mendasar literasi merupakan kegiatan seseorang berkemampuan dalam membaca sebuah informasi. Namun, literasi menjadi sebuah hal yang krusial, karena keberadaan literasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan demokrasi.

“Sederhananya, literasi adalah kemampuan membaca dan ujungnya adalah untuk kesejahteraan sosial,” ujar Dyah.

Cely menambahkan bahwa literasi adalah kemampuan berkomunikasi dalam menyampaikan sebuah gagasan. Tetapi, kegiatan literasi tidak terhenti sampai menulis dan membaca saja.

Cely mengatakan bahwa hasil dari literasi perlu dibagikan bagi publik.

“Literasi dituangkan dalam sebuah pesan dan nantinya disampaikan kepada orang lain sehingga orang lain mengetahui pesan dibalik literasi tersebut,” imbuhnya.

Perkembangan literasi komunikasi saat ini beriringan dengan kemajuan teknologi sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi dari internet. Hal ini mengakibatkan publik perlu membawa dirinya masuk ke dalam arus perkembangan tersebut.

Cely melihat pola pikir generasi milenial masa kini sudah cukup memahami literasi meskipun belum maksimal.

“Rata-rata generasi muda sekarang sudah cukup memahami mengenai literasi komunikasi. Intinya kita perlu mengembangkan lagi literasi itu ke generasi muda menggunakan platform modern,” kata Cely.

Dari perspektifnya sebagai dosen komunikasi, Dyah melihat masih banyak yang belum paham tentang pentingnya literasi. Hal ini berkaitan dengan keragaman latar belakang si mahasiswa tersebut.

Bahkan Dyah melihat banyaknya mahasiswa yang telah melakukan literasi komunikasi setiap harinya tetapi tidak sadar bahwa terselip ilmu di dalamnya.

Harapan Dyah agar para penggerak pendidikan memberikan bimbingan mengenai ilmu dan konsep literasi secara mendalam. Dampak dari kurang memahaminya literasi komunikasi, Cely melihat adanya krisis informasi sebagai efek yang paling krusial.

“Kita akan menemui banyak kesulitan dan yang paling fatal adalah ketinggalan informasi atau dengan kata lain kita dianggap kudet (kurang update),” ucap Cely.

Cely juga mengungkapkan bahwa literasi komunikasi itu bisa dimulai sejak usia dini, karena bisa membentuk pola berpikir dan berkomunikasi yang baik bagi lingkungan sekitar, menumbuhkan kreativitas berpikir dan kemampuan public speaking yang baik nantinya.

Mencapai pemahaman literasi yang ideal, Dyah mencirikan bahwa seseorang untuk berada pada tahapan tersebut, dirinya harus terus mau belajar mendalami literasi tersebut dengan waktu yang tidak dapat ditentukan.

“Literasi ini tidak akan pernah habis karena ilmunya yang begitu luas. Idealnya sampai kapan adalah harus terus mau belajar. Proses menganalisis, memahami, dan membagikan kepada orang lain, ini adalah seperti rantai yang tidak pernah putus,” jelas Dyah.

Post Terkait