Relasi Kepemimpinan dan Model Komunikasi Kehumasan

Relasi Kepemimpinan dan Model Komunikasi Kehumasan

Sarjono, S.I.Kom, M.Sos, Pranata Humas Muda pada Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Utara

*Oleh: Sarjono, S.I.Kom, M.Sos

(Pranata Humas Muda Setda Kab. Lombok Utara)

 

Dalam institusi pemerintahan dukungan kepemimpinan terhadap sirkulasi komunikasi internal kehumasan menjadi keniscayaan lantaran “roh” dari kelangsungan marwah pemerintah daerah.  

 

Tulisan ini meneroka seberapa presisi dukungan kepemimpinan atas implementasi simetris komunikasi kehumasan (kepiaran) dalam melaksanakan fungsi informasi dan komunikasi publik.

 

Tambo reformasi 1998 membuka kran ekspresi yang luas, di antaranya memandatkan pemerintahan perlu berjalan pada kanal keterbukaan publik didukung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Mensyaratkan lembaga kehumasan meneguhkan prinsip-prinsip profesionalisme dalam implementasi tugas sebagai “corong” pemerintah.

 

Aplikatifnya, mendorong kelembagaan goverment public relations mengadaptasi model komunikasi publik timbal balik (simetrikal). Pola komunikasi yang relevan dengan dinamika pemerintahan dan kebutuhan publik era kini. Sebuah model yang menawarkan teknik-teknik aktivitas komunikasi antara lembaga piar dengan publik berdasarkan dua dimensi. Pertama, arah komunikasi yang fokus pada penekanan perilaku komunikasi antara lembaga pemerintahan dengan publik: monolog satu arah yang hanya mendiseminasi informasi, atau dialog dua arah (feedback sirkulatif). Kedua, keseimbangan antara kepentingan kedua pihak. Dimensi dengan korelasi seimbang dengan kepentingan institusi dan publik.

 

Simetris komunikasi dianggap menjadi model ideal bagi lembaga kehumasan karena mengutamakan dialog “deliberatif” dengan publik, fokus pada upaya membangun kesepahaman kolektif dalam lokus relasi kolegial. Institusi piar tidak menganggap publik sebatas penerima dalam posisi “kepasifan yang bijaksana”, tetapi publik dapat berubah peran sebagai sumber (source), terjadinya pertukaran peran–sumber dan penerima–secara dialogis antara lembaga piar dengan publik. Model komunikasi yang mensyaratkan piar berjalan dengan prinsip “satu kaki di pihak pemerintah, satu kaki lainnya di pihak publik termasuk media, sebagai kepanjangan tangan pemerintah sekaligus menyuarakan aspirasi publik dan media.

 

Pola komunikasi piar perlu mendorong kepemimpinan pemerintahan mendukung komunikasi internal yang efektif, membangun hubungan antara kepemimpinan inspiratif dengan komunikasi simetris dalam tim kerja yang solid. Bahwa dukungan kepemimpinan yang menginspirasi ternyata memengaruhi model simetris komunikasi lembaga dan aparatur birokrasi. Kemudian, perlu pula pola korelasional yang sinergis untuk mengaitkan pola komunikasi dan gaya kepemimpinan dapat saling menopang serta berkorespondensi satu sama lain. Maka, keterampilan komunikasi yang baik diperlukan untuk mengelola tim kerja pemerintah yang mangkus dan sangkil.

Suatu keadaan dapat dinyatakan efektif jika gaya komunikasi mendapat dukungan afirmatif kepemimpinan yang memberi pengaruh efektif terhadap kelangsungan sirkulasi pemerintahan. Gaya kepemimpinan pemimpin tidak akan efektif kecuali secara personal ia menjadi komunikator yang mangkus dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk dipanuti individu-individu birokrat. Personal pemimpin seperti ini tentu harus memiliki pengetahuan yang mumpuni seraya mengomunikasikan pengetahuan tersebut pada orang lain dalam lembaga pemerintahan yang dipimpin. Pemimpin inspiratif pun mesti berkompeten untuk memotivasi tim kerja mencapai tujuan tertentu yang mungkin mustahil bagi individu lain.

 

Sifat komunikasi dialogis dapat menjadikan pemimpin efektif memimpin dengan senantiasa mendorong serta mengelola pemahaman yang lebih utuh. Pemahaman yang dapat membawa rasa percaya diri tiap-tiap personal aparatur birokrasi dengan pemimpin. Pendeknya, antara kedua pihak saling menopang dalam kerja kolektif dan mengerti akan hak dan kewajiban masing-masing. Memperkuat hubungan yang menyenangkan antara pemimpin dengan tim kerja menuju suasana kerja yang nyaman dan demokratis. Saat bekerja dalam suasana yang nyaman dibalur hal-hal yang baik, lingkungan yang sehat dan menyenangkan, pegawai kemudian termotivasi dan antusias untuk bekerja lebih maksimal. Dedikasi demikian membuat pekerjaan fleksibel, lebih cepat mencapai target. Pada akhirnya dapat mendorong produktivitas personal birokrat meningkat selaras dengan tanggungjawab yang diemban.

 

Dukungan pemimpin menjadi spirit dan variabel tersendiri bagi pola komunikasi kehumasan, dan punya korelasi positif dengan semua gaya kepemimpinan. Output kinerja dapat sesuai dengan job deskripsi masing-masing aparatur. Dukungan kepemimpinan juga dapat meningkatkan model strategi kehumasan yang mampu menyumbangkan segenap pengetahuan, tenaga dan pemikiran untuk mendukung kesuksesan dan kemajuan lembaga pemerintahan.

 

Dalam perspektif lain, bawahan dapat memercayai pemimpin dikarenakan dapat merasakan manfaat dari kinerjanya, di samping memperoleh kepuasan tersendiri dengan pola kepemimpinan yang diterapkan, sehingga menguatkan komitmen tim kerja. Memiliki pemimpin yang memancarkan kepastian dapat membantu memberi arahan dan tujuan tim kerja.

 

Dalam pada itu, ketepatan, kepastian dan argumentasi  pemimpin memiliki hubungan yang kurang baik dengan gaya kepemimpinan dan variabel output yang dihasilkan. Pasalnya, beberapa parameter kepemimpinan inspiratif merujuk pada kepemimpinan yang visioner, inteletualis, sekaligus melibatkan gaya komunikasi argumentatif.  

 

Dukungan kepemimpinan yang visioner nampak dari kebijakan yang menginspirasi diperlukan insan piar oleh karena tanggung jawab dalam membangun kebesaran lembaga, dan bahkan institusi pemerintahan secara umum. Terlebih lagi, era saat ini peran dan fungsi kehumasan cukup vital dalam upaya membangun reputasi pemerintah dengan optimal melalui tatakelola agenda-agenda kehumasan. Program pemerintah tidak dapat berhasil sepenuhnya tanpa komunikasi yang efektif maupun publikasi yang tepat. Lembaga kehumasan pemerintah mesti mendorong program-program pemerintahan supaya dapat dipahami oleh masyarakat luas disatu sisi, dan mendorong partisipasi publik untuk mendukung program pemerintah disisi lain.  

 

Sudah lebih dari satu dasawarsa, lembaga kehumasan tidak dimungkiri menjadi garda terdepan dalam pengelolaan informasi pembangunan, terutama program unggulan maupun program reguler kepemerinatahan. Corong penyampaian kegiatan pimpinan melalui kanal media internal, media massa, media sosial maupun media ruang publik.

 

Cengli, bagi lembaga kehumasan pemerintah dukungan inspiratif pemimpin menjadi keharusan selain prestasi dan apresiasi. Adanya dukungan pemimpin dan komunikasi simetris antara lembaga humas dan publik dalam menunaikan tugas secara maksimal akan membuahkan hasil yang optimal. Dalam tiap-tiap ikhtiar yang tulus ada proses dan kucuran keringat yang tertungkus lumus. Dalam buliran keringat bertuah hasil dari kolektivitas tim yang solid, dan tidak kalah penting apresiasi untuk pemacu karya.

 

 

* Penulis adalah Pranata Humas Muda pada Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Utara                                

**) Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di Media Suara Rinjani, 9 September 2019                                       

      

 

Post Terkait