Jaga Kesehatan Jiwa Anak Kala Pandemi, ‘Cokro Bergerak’ Tebar Dolanan

Jaga Kesehatan Jiwa Anak Kala Pandemi, ‘Cokro Bergerak’ Tebar Dolanan

Jakarta, Iprahumas - Dari langkah kecil, untuk membantu masyarakat ‘kecil’. Itulah keinginan sederhana M. Zurqoni, pencetus dan pendiri ‘Cokro Bergerak’. Berawal dari secercah harapan ini mampu menciptakan lingkungan untuk menampung ide-ide dan gerakan kreatif dari generasi muda. Bahkan kini kegiatan sociopreneur yang digagasnya terus berkembang.

Gerakan terbaru yang sangat inspiratif adalah membantu menjaga kesehatan jiwa anak-anak di tengah pandemi Covid-19 dengan membagi ratusan dolanan (mainan) ke panti asuhan hingga kampung padat penduduk.

Di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19, banyak hal yang terdampak. Utamanya kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan jiwa di dalamnya. Sejak adanya sekolah dari rumah (school from home), Kesehatan jiwa anak dan remaja perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Mengapa demikian?

Karena rutinitas pergi pulang sekolah, kumpul-kumpul bareng teman, hingga sekedar mengelilingi pusat perbelanjaan untuk melepas penat dari rutinitas tersebut dipaksa berhenti selama berbulan-bulan. Kondisi ini tentu saja cukup menganggu kesehatan jiwa manusia, apalagi bagi anak-anak.

Buktinya, pada layanan psikologis corona www.pdskji.org, mengungkapkan terdapat 1.522 pengakses yang memiliki kondisi berbeda. Tiga masalah psikologis terbanyak yang ditemui yakni kondisi cemas, depresi dan trauma psikologis. Ditemukan 63 persen dari pengakses mengalami kecemasan dan 66 persen mengeluh depresi.

“Sayangnya tidak banyak yang peduli terhadap masalah itu. Bagi-bagi masker, sembako dan handsanitezer sudah banyak. Kami mengisi kekosongan itu dengan berbagi mainan,” uja Zurqoni sesuai menjelaskan data psikologis tersebut.

Karena itu, ia menggagas kegiatan yang bertajuk Bagi-bagi Dolanan (mainan) dengan melibatkan banyak pihak. Mulai dari menerima donasi mainan bekas yang masih layak maupun mainan baru. Serta bersama Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (IKA Stikosa AWS) bisa mengumpulkan puluhan mainan.

Zurqoni pun menuturkan kisahnya bagaimana cara pembagian dolanan itu dalam kondis pandemi Covid-19. Dalam pelaksanaan di lapangan, pihaknya tidak pernah melupakan protokol kesehatan. Sebagai contoh, sebelum dikemas, semua mainan-mainan itu dicuci dan disterilisasi terlebih dahulu. Setelah itu dipilah antara mainan anak laki-laki serta perempuan.

"Total yang sudah dikemas ada 70 paket mainan. Boneka ada 80 paket. Ada juga popok bayi sekitar 35 paket. Kami juga berikan masker kain bantuan dari BPBD Jawa Timur," kata Indra.

Untuk pembagiannya, tim ‘Cokro Bergerak’ dan IKA Stikosa AWS menyasar tiga lokasi di Surabaya. Pertama adalah Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Yatim Addinu Waddun'ya (Adinda) yang terletak di Jalan Sidosermo Indah. Kedua Panti Asuhan Yatim Piatu Amanah di Jalan Pandugo II, Penjaringan Sari, Rungkut. Selanjutnya paket mainan juga dibagikan bagi anak-anak di wilayah Bratang, Nginden, Pucang, dan Manyar.

Itu hanya gambaran kecil dari salah satu kegiatan ‘Cokro Bergerak’. Kini kegiatan itu terus berlanjut dengan pengumpulan donasi susu formula yang akan berlangsung hingga bulan Juli. Susu formula dan susu anak dipilih untuk membantu meningkatkan gizi anak-anak, yang tentunya diharapkan bisa peningkatan daya tahan tubuh di tengah wabah corona saat ini.

 

Terinspirasi H.O.S Tjokroaminoto

Ketika ditanyai mengenai asal usul pemilihan nama ‘Cokro Bergerak, Zurqoni mengakui pemberian nama ‘Cokro’ itu terinsiprasi dari kekagumannya terhadap sosok H.O.S. Tjokroaminoto. Seperti diketahui, kakek dari artis Maia Estianti ini merupakan pahlawan nasional, pengusaha besar pendiri pemimpin organisasi pertama di Indonesia, yaitu Sarekat Islam (SI), yang sangat peduli terhadap masyarakat sekitar.

Tjokroaminoto juga dikenal sebagai ‘bapak kos’, guru sekaligus teman diskusi beberapa tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno, Kartosoewiryo, Abikoesno, Alimin dan Muso.

”Ini salah satu hal yang saya kagumi dari Cokro. Orang-orang di sekitarnya bisa menjadi tokoh-tokoh besar. Ada yang haluan kanan, ada yang kiri. Ini membuktikan betapa Cokro merupakan sosok yang terbuka, dinamis dan demokratis,” katanya.

Zurqoni mempertanyakan, di zaman itu tentunya banyak rumah lain yang digunakan sebagai tempat kos, karena Surabaya merupakan kota pendidikan. “Pertanyaannya kenapa yang tinggal di rumahnya rata-rata menjadi tokoh besar pencetak sejarah?” tuturnya.

Terinspirasi dari HOS Cokroaminoto, ia berkeinginan pun membuat lingkungan yang menjadi tempat berkumpul orang-orang. Nantinya bisa menjadi ‘sesuatu’ untuk Indonesia. “Saat itu saya berfikir yang paling gampang adalah membuat warung kopi. Sebab warkop memang menjamur di Surabaya,” katanya.

Bertempat di Jl Raya Prapen Surabaya, akses ke Warung Mbah Cokro juga sangat mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan besar. Warung didekorasi dengan gaya tempo dulu. Bahkan ornamen-ornamennya diisi dengan pernak-pernik yang memiliki nilai historis. 

Warung yang bermodel angkringan ini berdinding anyaman bambu, sedangkan meja dan kursinya juga terbuat dari bambu. Bukan hanya bisa ngopi sambil duduk, pelanggan juga bisa bercengkrama sambil lesehan. Ada salah satu sisi warung terdapat sebuah panggung di mana pelanggan bisa memberikan pertunjukan sukarela. Seperti membacakan puisi, bermain musik, dan bahkan bermain teater.

“Kita nggak menyuguhkan makanan maupun minuman sachetan. Bahan-bahannya langsung dibeli di pasar tradisional dan merupakan buatan rumahan. Tak ada Wifi juga, karena kami ingin semua yang di sini saling berinteraksi dan diskusi. Tak hanya yang duduk semeja karena mereka mungkin satu komunitas, tapi antar meja yang artinya antar komunitas,” ucap Zurqoni.

Koordinator Komunitas ‘Cokro Bergerak’, Indra Surya Purnama yang awalnya hanya iseng ngopi di Warung Mbah Cokro mengaku sangat senang terlibat dalam berbagai kegiatan.

“Bukan cuma ngopi, saya bisa mengembangkan hobi dan keahlian saya bermusik. Saya bertemu orang-orang dengan pemikiran luar biasa. Para senior yang mau berbagi pengalaman,” tuturnya.

Sejak 5 tahun Warung Mbah Cokro berdiri, berbagai kegiatan memang terus dilakukan secara kontinyu. Tak hanya sebagai tempat ngopi, di warung Mbah Cokro sering ada event diskusi, pameran seni, nonton film bersama. Sementara di akhir pekan sering ada pertunjukkan seni oleh pengunjung. Ada juga Hari Seni Cokro (Hancok) yang sudah digelar 4 kali berturut-turut. Berbagai diskusi  kebangsaan juga digelar di sini.

Tak hanya dari kalangan mahasiswa dan seniman, putra Gus Dur, Bung Ipul, dan beberapa orang penting lain juga ngopi di Mbah Cokro berbaur dengan semua pengunjung. Warung Mbah Cokro memang tidak Cuma diciptakan hanya menjadi warung kopi tetapi juga tempat berbagi aspirasi dan diskusi.

“Warung ini hanya sebutan untuk tempat atau lingkungan yang sebenarnya memiliki arti lebih besar. Seperti rumah kos HOS Cokroaminoto yang berhasil melahirkan tokoh-tokoh bangsa Filosofinya seperti itu,” tutup Zurqoni. (I Gede Alfian , Pranata Humas Pemprov Jatim. Anggota Diseminasi dan Informasi Iprahumas Indonesia)

Post Terkait